Hipotiroid Kongenital pada Bayi Baru Lahir – Dalam setiap keluarga, hadirnya seorang anak pastilah menjadi dambaan. Apalagi bagi pasangan suami istri yang baru saja menikah. Anak merupakan anugerah yang paling ditunggu-tunggu. Kelahirannya yang sehat, cerdas, serta memiliki tumbuh kembang dengan baik, menambah kebahagiaan. Namun pasalnya tidak semua anak, bisa tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan berbagai faktor, salah satunya lantaran adanya kelainan Hipotiroid Kongenital ketika lahir.
Dampaknya, bayi akan mengalami kecacatan. Misalnya gangguan pertumbuhan fisik secara keseluruhan, lebih memprihatikan lagi, mengalami keterbelakangan mental yang tidak dapat dipulihkan. Kekhawatiran semacam ini terjadi, jika kelainan tersebut tidak segera terdeksi dan diobati. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mewaspadainya sejak dini. Sehingga bayi yang memiliki kelainan Hipotiroid Kongenital, lekas mendapatkan penanganan.
Agar tidak terlambat dalam pengobatan, sebaiknya perlu tahu terlebih dahulu. Apa itu Hipotiroid Kongenital, kapan perlu mencurigainya, serta bagaimana tindak lanjut yang perlu dilakukan.
Baca juga:
Gejala penyakit tiroid
Apa itu Hipotiroid Kongenital?
Seperti yang disebutkan dalam Pedoman Skirining Hipotiroid Kongenital, Kementerian Kesehatan RI, tahun 2014, Hipotiroid Kongenital (HK) adalah suatu keadaan tidak berfungsinya kelenjar tiroid sejak lahir. Dikarenakan adanya kelainan saat pembentukan homon tiroid, yang menyebabkan hormon tersebut kurang diproduksi. Sehingga mengakibatkan pertumbuhan bayi menjadi terhambat.
Pada dasarnya homon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid atau gondok ini, ialah tiroksin. Terdiri dari Tri-iodotironin (T3) dan Petra-iodotironin (T4). Dalam proses pembentukannya membutuhkan mikronutrien iodium. Hormon tersebut berfungsi untuk mengatur produksi panas tubuh, metabolisme, pertumbuhan tulang, kerja jantung, syaraf, juga pertumbuhan dan perkembangan otak. Sehingga sangat penting bagi bayi yang sedang tumbuh dan berkembang.
Kapan perlu mencurigai Hipotiroid Kongenital?
Bayi dengan HK bisa dicurigai, apabila telah menunjukkan gejala. Namun pasalnya lebih dari 95% bayi yang memiliki kelainan semacam ini, justru tidak menampakkan gejala ketika lahir. Sebab ibunya bukan termasuk penderita kekurangan iodium. Sehingga anak yang dilahirkan, sering kali tidak terdiagnosis karena masih terlindungi oleh homon tiroid dari ibu. Sementara bagi ibu yang rentan kekurangan iodium, bayi akan memperlihatkan gejala yang lebih berat. Karena itu, biasanya ibu hamil disarankan untuk melakukan skrining, menggunakan spesimen urin.
Video skrining hipotiroid
Gejala dan Tanda Hipotiroid Kongenital pada Bayi
Meskipun hanya 5% bayi baru lahir (BBL) dengan HK menunjukkan gejala. Tapi biasanya tidak khas, melainkan samar. Tanda-tanda baru tampak jelas, bersamaan dengan bertambahnya usia anak. Adapun gejala dan tanda yang muncul, antara lain:
- Letargi (aktivitas jadi menurun)
- Ikterus (kulit bayi berwarna kuning)
- Makroglosi (lidah besar)
- Hernia umbilikalis (bodong)
- Hidung pesek
- Konstipasi
- Kulit jadi kering
- Skin mottling (burik)
- Mudah tersedak
- Suara serak
- Hipotoni (tonus otot menurun)
- Ubun- ubun melebar
- Perut buncit
- Mudah kedinginan (intoleransi terhadap dingin)
- Miksedema (wajah sembab)
- Udem scrotum
Tindak Lanjut Hipotiroid Kongenital
Apabila anak menampakkan gejala klinis, berarti telah terjadi retardasi mental. Perkembangan mental anak menjadi terbelakang. Tidak hanya itu saja, perkembangan seperti duduk, berdiri, dan kemampuan berbicara juga jadi terhambat. Agar hal ini tidak terjadi, penting bagi orang tua segera melakukan Skrining Hipotiroid Kongenital begitu bayi lahir. Alhasil, bila ditemukan adanya kelainan HK, anak bisa langsung memperoleh pengobatan.
Sumber:
- Gambar: Hipotiroid KongeDr. Hudson, Public domain, via Wikimedia Commons