
Kesehatan merupakan sebuah aset penting bagi kehidupan. Kesehatan yang baik dapat menunjang produktivitas kegiatan kita sehari-hari, sedangkan kesehatan yang buruk, sekecil apapun itu akan mempengaruhi aktivitas kita.
Gigi merupakan salah satu bagian dari tubuh kita yang menjalankan fungsi mekanis dalam melumat makanan yang masuk ke dalam tubuh. Kerusakan yang terjadi pada gigi dapat berdampak buruk bagi sistem pencernaan makanan karena proses pengepakan makanan menjadi unit-unit kecil terganggu. Selain itu, sakit gigi seringkali juga dapat mempengaruhi kerja sistem syaraf, sehingga bagian tubuh kita yang lain ikut terganggu. Sakit gigi memang merupakan penyakit yang biasa kita alami dan tidak terlalu berbahaya. Namun, dampak yang dapat terjadi pada tubuh kitalah yang membuat kita jengkel dengan penyakit tersebut. Maka dari itu menjaga kesehatan gigi merupakan hal penting yang harus kita perhatikan setiap harinya.

Penyakit yang berada di dalam gigi bervariasi, mulai dari yang ringan seperti adanya plak gigi hingga yang menyebabkan gigi bolong atau karies gigi. Siapa yang menyangka bahwa ternyata penyakit-penyakit tersebut saling berhubungan satu sama lain yang diakibatkan oleh suatu makhluk kecil yang hidup di dalam mulut kita, yakni bakteri. Bakteri merupakan organisme uniseluler yang biasanya hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Bakteri-bakteri ini sebenarnya merupakan makhluk hidup yang memang biasa ada di dalam mulut kita dan tidak berbahaya. Namun, bakteri-bakteri ini akan berbahaya jika diberi kesempatan untuk berasosiasi dengan sisa makanan yang ada di dalam mulut kita.
Setiap gigi memiliki mahkota yang dilindungi oleh enamel di atas gusi dan akar yang dilindungi cementum di bawah gigi. Di dalam gigi yang terlindungi tersebut terdapat dentin, pusat saraf dan akar gigi. Banyak penyakit gigi yang dapat merusak bagian dan fungsi gigi yang biasanya dimulai dari plak gigi yang pada akhirnya akan menjalar menjadi karies gigi.
Plak gigi terbentuk karena adanya slime yang terdiri dari mikroorganisme dan bahan organik (biasanya sisa makanan) pada enamel gigi. Plak gigi merupakan tahap awal dari karies gigi. Pembentukan plak gigi dimulai dari adanya sisa makanan pada gigi yang menjadi tempat hidup bakteri berbentuk bulat seperti Streptococcus mutans. Sisa makanan yang berbentuk sukrosa akan difermentasikan oleh Streptococcus mutans sebagai sumber energinya. Hasil fermentasi dari sisa makanan tersebut diantaranya merupakan dekstran yang digunakan sebagai lem oleh bakteri ini untuk tetap menempel pada plak gigi. Selain itu, asam organik juga dihasilkan dari fermentasi ini, di mana asam akan sulit berdifusi keluar dari dalam plak sehingga asam ini biasanya masuk ke dalam enamel dan menghancurkan protein pada enamel gigi sehingga lama kelamaan gigi akan menjadi bolong.
Gula dari sisa makanan dapat dengan mudah berdifusi ke dalam plak gigi dimana ada bakteri di dalamnya, lalu bakteri tersebut akan melakukan fermentasi yang membuat bakteri menempel dan merusak gigi secara perlahan. Kombinasi diantara sukrosa dan fermentasi S. mutans tersebut dapat menentukan tingkat karies gigi. Semakin banyak makanan berisi sukrosa yang menempel pada gigi, semakin besar juga kemungkinan gigi menjadi karies.
Plak yang terakumulasi di dekat gusi juga memberi “tempat hidup” untuk bakteri yang ada pada gusi. Bakteri jenis Actinomycetes, Fusobacterium dan beberapa spirochaeta berada pada gusi. Jika plak terbentuk di dekat gusi, celah yang ada diantara gusi dan gigi akan berubah menjadi sepaket full bakteri anaerob (bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk hidup) yang dapat mengiritasi gusi dan menghancurkan bagian dalam enamel gigi dan lagi-lagi akan membuat gigi bolong. Jika karies gigi terjadi pada bagian bawah gigi dan mengenai sistem syaraf yang ada pada gigi, inilah yang membuat bagian tubuh kita yang lain bereaksi dan ikut-ikutan sakit ketika kita sakit gigi.
Karies pada gigi memang menyebalkan dan dapat terjadi secara otomatis dalam tubuh kita. Namun, itu bukan berarti penyakit ini tidak dapat dicegah. Salah satu cara mencegah karies gigi yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak gula, diikuti dengan sering menggosok gigi dengan pasta gigi berflorida untuk mengurangi penempelan sisa makanan pada enamel gigi yang dapat mengurangi plak pada gigi.
Baca juga:
Apabila Anda sudah mengalami karies gigi, Anda bisa mengobatinya dengan cara membersihkan kerusakan pada gigi dan mengisi celahnya dengan menambal gigi. Celah pada gigi tersebut biasanya diisi dengan resins (material plastik) atau amalgans (campuran perak atau logam lain) sehingga lubang yang diakibatkan oleh asam dari hasil fermentasi bakteri berkurang. Setelah menambal gigi, Anda juga tidak boleh lupa untuk mengimbanginya dengan menggosok gigi minimal 2x sehari sehingga sisa makanan yang menempel pada enamel gigi berkurang dan kemungkinan gigi menjadi karies juga berkurang. Pertahankan produktivitas kerja Anda dengan menjaga kesehatan gigi!
Sumber: Black, J.G. 2008. Microbiology Principles and Explorations. USA: WileyPlus, hal 683-685.