Tetanus merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri spesifik Clostridium tetani. Infeksi terjadi akibat masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui luka terbuka di kulit ataupun pada tali pusat bayi yang dipotong. Kuman yang menginfeksi tubuh kemudian memproduksi racun yang menyerang sistem saraf tubuh yang mengakibatkan kejang otot, kesulitan menelan dan bernapas, hingga kematian.
Kemiskinan, rendahnya kebersihan, dan akses pelayanan kesehatan yang buruk meningkatkan risiko terjadinya tetanus. Pada bayi yang dilahirkan melalui persalinan yang tidak steril, seperti penggunaan alat yang tidak bersih untuk memotong tali pusat bayi, akan meningkatkan kejadian tetanus pada bayi (yang secara medis dikenal dengan tetanus neonatorum).
Menurut data penelitian yang dihimpun oleh Badan kesehatan Dunia, tetanus berkontribusi sebesar 5% dari total kematian ibu dan bayi per tahunnya. Oleh karena itu, badan kesehatan dunia mendukung pemberian vaksin Tetanus Toksoid (TT) dalam rangka melindungi ibu dan bayi dari kemungkinan tetanus. Hingga kini, imunisasi TT bagi ibu hamil sudah menjadi program kesehatan yang berada di bawah pemerintah.
Imunisasi TT merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dalam rangka mencegah terjangkitnya infeksi tetanus. Di dalam vaksin yang diberikan, terkandung toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan dimurnikan. Perlindungan yang diberikan melalui vaksinasi TT pada ibu hamil tidak hanya berlaku bagi ibu melainkan janin yang dikandung ibu. Dengan demikian, risiko terjadinya tetanus neonatorum yang mematikan akan berkurang.
Hal yang penting diketahui bahwa vaksin TT merupakan vaksin yang aman, meski diberikan saat kehamilan. Vaksin TT boleh tidak diberikan jika ada riwayat timbulnya reaksi berat setelah imunisasi; seperti kejang, penurunan kesadaran, demam tinggi di atas 40 derajat celcius, ataupun bengkak yang ekstensif di area penyuntikan. Namun demikian, angka kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berat seperti disebutkan di atas tidaklah banyak. Untuk mengantisipasinya, pemberian vaksin TT harus dilakukan di bawah supervisi tenaga ahli kesehatan dan sarana prasarana yang mumpuni jika sewaktu-waktu terjadi reaksi pasca imunisasi yang berat.
Pemberian vaksin TT seyogyanya memperhatikan status imunisasi sebelumnya. Oleh karena itu, skrining sebelum pemberian vaksin penting bagi petugas kesehatan untuk menentukan dosis pemberian vaksin TT. Bagi ibu hamil yang tidak atau belum pernah mendapat vaksinasi, pemberiannya diberikan sebanyak 5 kali. Tidak ada selang waktu maksimal antar vaksinasi, hanya selang waktu minimal. Vaksin pertama diberikan saat kunjungan pertama ibu, sedini mungkin pada kehamilan. Vaksin kedua diberikan satu bulan setelah pemberian vaksin pertama. Vaksin ketiga diberikan 6 bulan setelah pemberian vaksin kedua. Vaksin keempat diberikan minimal 1 tahun setelah vaksin ketiga diberikan. Kemudian vaksin kelima diberikan 1 tahun setelah vaksin keempat.