Hari Lupus Sedunia (World Lupus Day) yang diperingati setiap tanggal 10 Mei menjadi wujud perhatian publik terhadap para penderita lupus atau yang biasa disebut Odapus (orang penderita lupus). Meski nama penyakit ini cukup asing, namun penyakit lupus sangat berbahaya. Lupus hampir sama tingkat bahayanya dengan penyakit kanker, jantung koroner, bahkan AIDS.
[Baca juga: Penyakit Lupus]
Penyakit lupus atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun. Sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh manusia dari serangan virus, bakteri, atau kuman diproduksi berlebih dari batas normal dan kemudian kembali menyerang sel dan jaringan tubuh. Serangan lupus juga dapat memengaruhi kerusakan organ dalam manusia seperti ginjal, hati, jantung, dan otot persendian. Sekilas penyakit ini hampir mirip dengan leukemia, yaitu kanker darah akibat dari produksi sel darah putih (leukosit) sebagai antibodi yang justru berlebih. Jika tidak dideteksi sejak dini, penyakit lupus bisa menyebabkan kematian.
Gejala Penyakit Lupus
Gejala penyakit lupus bisa berbeda di setiap penderita. Gejala ini akan mempengaruhi satu organ atau sistem tubuh saat pertama kali menyerang, dan pengaruhnya akan berkembang lebih lanjut. Umumnya gejala lupus termasuk demam, kelelahan, perasaan tidak nyaman dan sakit pada tubuh, dan kulit memerah atau lebih sering disebut wajah kupu-kupu (butterfly rash). Kulit kemerahan ini timbul pada pipi hingga hidung dan dagu. Peradangan kulit akan bertambah buruk apabila terpapar matahari, dan radang dapat menyebar ke permukaan kulit lain.
Lupus juga sering disebut sebagai penyakit wanita aktif karena sebagian besar penderitanya adalah wanita produktif usia 15 sampai 40 tahun. Risiko penyakit lupus ini sembilan kali lipat lebih tinggi dibanding pria, yang disebabkan oleh faktor hormonal. Jumlah penderita lupus di Indonesia diperkirakan mencapai 1,5 juta orang dengan 90% penderitanya adalah wanita. Menurut Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD., angka penderita diperkirakan akan terus meningkat karena belum ada obat maupun pencegahannya yang mutlak terhadap penyakit ini.
Penyebab Penyakit Lupus
Penyebab penyakit lupus yang sebenarnya belum diketahui hingga saat ini. Dugaan sementara lupus disebabkan oleh kombinasi antara gen yang cacat dan faktor lingkungan. Faktor gen menyebabkan adanya gejala keanehan pada sistem antibodi yang menyerang bagian-bagian jaringan tubuh. Oleh karena itu, penyakit lupus identik dengan penyakit keturunan. Penyakit lupus lebih berisiko menjangkiti ras Amerika-Afrika dan Asia Pasifik. Masyarakat Indonesia termasuk dalam ras Asia Pasifik, sehingga kita perlu mewaspadai timbulnya penyakit ini.
Faktor lingkungan penyebab lupus berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang. Beberapa penyebab eksternal penyakit lupus adalah stress, sinar matahari, penggunaan obat-obatan tertentu, hormon, infeksi, dan virus. Faktor lingkungan tersebut menjadi suatu rangkaian penyebab yang mendorong reaksi zat antibodi yang akhirnya menyerang jaringan tubuh.
Pengobatan dan Terapi Lupus
Pengobatan atau terapi bagi penderita lupus perlu dilakukan dengan dua cara, yaitu pengobatan secara medis dan psikis. Terapi medis dilakukan dengan melakukan kontrol secara berkala ke dokter, minum obat dengan teratur, dan menjalankan pola hidup sehat. Sedangkan untuk terapi psikis penderita harus diberi dorongan psikososial dari lingkungan dan edukasi yang bersifat positif.
Penderita lupus seringkali mengalami tekanan mental hingga depresi yang justru memperparah kondisi imun dalam tubuh. Sistem imun yang semakin parah justru memicu penyakit tersebut. Hal ini menyebabkan pengobatan menjadi tidak efektif. Salah satu kunci sukses pengobatan lupus adalah memberikan dukungan psikologis kepada penderita sehingga lingkungan yang nyaman dapat terwujud. Dukungan yang diberikan kepada odapus diharapkan dapat meningkatkan harapan hidup mereka.
Sumber referensi:
- onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/art.21955/full