
Pengertian Menstruasi
Menstruasi merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap wanita. Menstruasi sendiri menjadi tanda bahwa sistem reproduksi wanita matang dan sekaligus tanda kedewasaannya secara fisik. Banyak yang khawatir saat menstruasi tidak kunjung datang pada usia yang seharusnya, pun juga tidak jarang yang khawatir saat menstruasi justru datang lebih awal dari usia rata-rata wanita mengalaminya. Kekhawatiran tersebut akan sedikit berkurang seiring dengan bertambahnya pemahaman wanita tentang menstruasi sendiri.

Menstruasi atau biasa dikenal dengan istilah haid adalah perdarahan yang terjadi secara periodik dan siklus dari uterus, disertai dengan pelepasan endometrium. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi yang berikutnya. Panjang siklus menstruasi rata-rata 28 hari ± 3 hari dan rata-rata durasinya selama 5 ± 2 hari dengan rata-rata darah yang keluar sebanyak 130 mL. Perdarahan yang terjadi pada menstruasi ini tidaklah berbahaya bagi wanita, justru menjadi tanda bahaya jika wanita tidak mengalaminya. Jika wanita tidak mengalami menstruasi, berarti ada gangguan pada kesehatan reproduksinya.
Fase Menstruasi
Pada umumnya, menstruasi memiliki beberapa fase. Pembagian fase siklus menstruasi dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase proliferasi, fase sekresi, dan fase menstruasi. Berikut adalah penjelasannya:
1. Fase proliferasi
Fase ini dikendalikan oleh hormon estrogen, maka disebut juga “estrogenic phase”. Fase ini dimulai pada hari kelima sampai hari ke-14 dari siklus. Setiap bulan setelah haid, hipofisis anterior mengeksresikan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hormon ini berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan pemasakan ovum dan folikel de Graaf. Selama pertumbuhan folikel dan folikel de Graaf, terjadi proses pembentukan dan pengeluaran hormon estrogen. Estrogen berfungsi untuk membangun endometrium sehingga endometrium rahim menebal hingga 5-7 cm. Di samping itu, estrogen juga mempengaruhi kelenjar serviks untuk menghasilkan cairan yang encer. Adanya estrogen akan menghambat pengeluaran FSH dan memacu pengeluaran LH (Lutheinizing Hormone) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Pada tahap akhir, dengan pecahnya folikel de Graaf, ovum terlepas dan terlempar keluar dan disebut ovulasi, kira-kira pada hari ke-14 dari suatu siklus.
2. Fase sekresi.
Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 dari siklus. Folikel de Graaf yang pecah pada saat ovulasi berubah menjadi korpus rubrum yang mengandung banyak darah. Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus luteum (badan kuning). Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron.
Selama fase sekresi, endometrium terus menebal, arteri-arteri membesar, dan kelenjar endometrium tumbuh. Perubahan endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron yang disekresikan oleh korpus luteum sesudah ovulasi.
3. Fase Menstruasi
Tahap ini berakhir pada empat sampai enam hari suatu siklus. Oleh karena hormon estrogen dan progesteron berhenti dikeluarkan, maka endometrium mengalami degenerasi. Darah, mukus, dan sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus ke organ kewanitaan. Dengan menurun dan menghilangnya progesterone dan estrogen, FSH aktif diproduksi lagi dan siklus mulai kembali.
Wanita secara khas mengalami siklus menstruasi selama kurang lebih 40 tahun. Ketidakteraturan menstruasi secara alami pada 2-3 tahun pertama setelah menarche akan reda, dan pola perdarahan pun mudah diprediksi secara bulanan.
Kelainan menstruasi
Tidak semua menstruasi yang dialami wanita berlangsung tanpa gangguan. Ada kalanya menemui gangguan tertentu saat menstruasi, namun tak jarang pula yang tanpa mengalami gangguan sedikitpun.
Kelainan menstruasi merupakan masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche (pertama mentruasi) atau hilangnya siklus menstruasi tertentu. Tentu hal ini bisa menjadi kekhawatiran tersendiri bagi setiap wanita yang mengalaminya. Untuk mengetahui bahwa dalam menstruasi yang kita alami terdapat gangguan atau kelainan adalah dengan mengetahui ciri-ciri kelainan menstruasi secara medis ataupun dengan memahami gejala-gejala umum yang nampak.
Beberapa gangguan/kelainan menstruasi dan gejalanya yang secara umum sering dialami oleh wanita meliputi:
1. Amenorhea,
Yaitu tidak adanya menstruasi atau berhentinya menstruasi. Amenorhea merupakan tanda klinis dari berbagai kelainan. Kelainan ini kemungkinan karena adanya kerusakan pada pusat hipotalamus-pituitari-ovarium-uterus. Selain itu juga kemungkinan karena ketidaknormalan secara anatomi, kelainan endokrin, seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penyakit kronis, semisal diabetes tipe I, pengobatan (misal obat Dilantin), gangguan makan (eating disorder), latihan berat, dan stress emosional.
Amenorhea terdiri dari Amenorhea primer dan sekunder. Amenorhea primer digunakan untuk penyebutan pada wanita yang tidak mengalami menarche atau tidak mengalami perkembangan organ kewanitaan sekunder pada usia 14 tahun, atau yang tidak mengalami periode siklus menstruasi pada usia 16 tahun tanpa menghiraukan apakah ada perkembangan organ kewanitaan sekunder atau tidak. Sementara amenorhea sekunder digunakan untuk menyebut wanita yang mengalami siklus menstruasi, namun kehadiran menstruasi tersebut hanya selama 6 bulan atau lebih
2. Hipomenorhea
Yaitu berkurangnya aliran darah menstruasi (volumenya sedikit) karena penggunaan OCP (Oral Contraceptive Pill), hymen atau kanal serviks yang sempit, dan adanya sindrom Asherman.
3. Menorhagia atau hypermenorrhea,
Yaitu perdarahan yang terjadi secara siklis dan teratur tetapi jumlahnya terlalu banyak dan atau durasi dan kemungkinan karena kehamilan, mioma submukus, atau hyperplasia/karsinoma.
4. Oligomenorhea
Terjadi dengan meningkatnya perdarahan (kurang dari siklus 21 hari) dan sering dikaitkan dengan anovulasi dan terkadang akibat dari pendeknya fase luteal.
5. Metrorrhagia
Merupakan perdarahan intermenstruasi pada setiap waktu antara haid dan normalnya dikaitkan dengan siklus pertengahan ovulasi. Hal ini bisa dikarenakan oleh polip pada endometrium dan serviks, atau kanker endometrium atau serviks, normal terjadi pada 10% wanita.
6. Menometrorrhagia
Merupakan frekuensi menstruasi yang tidak teratur dan jumlahnya terlalu banyak serta terjadi dihubungkan dengan patologi organ, terutama jika munculnya secara tiba-tiba.
6. Dysmenorrhea
Yaitu menstruasi disertai rasa sakit (nyeri) yang diklasifikasikan menjadi dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.
Dysmenorrhea primer adalah kelainan nyeri haid yang tidak berhubungan dengan kelainan ginekologik. Sementara dysmenorrhea sekunder merupakan kelainan nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenimiosis uteri, dan lainnya).
Demikian merupakan penjelasan seputar menstruasi, fase dan kelainan menstruasi yang sering terjadi pada wanita. Semoga informasi tersebut bisa menambah sedikit wawasan pembaca tentang reproduksi wanita sehingga gangguan atau kelaianan sekecil apapun bisa diatasi lebih dini.
Sumber:
- Burne, Catherine E et al. 2009. Pediatric Primary Care Fourth edition. USA: Saunders Elsevier.
- Linardakis, Nikos M. dan Lott, Sonia. 1998. Obstetrics and Gynecology. USA: McGraw-Hill companies, Inc.
- Mayo, Joseph L. dan Facog, MD. 1997. A Healthy Menstrual Cycle. Jurnal Applied Nutritional Science Reports Vol.5, No. 9.
- Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga . Cetakan kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
- Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan Edisi kedua . Cetakan keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.