Infosehatkeluarga.com – Sistem saraf merupakan rangkaian saraf dan neuron (sel saraf) yang berfungsi sebagai transmitter sinyal ke berbagai bagian tubuh. Sistem ini berperan dalam mengontrol segala tindakan yang dilakukan oleh tubuh.
Sehingga, keberadaannya sangat penting untuk menunjang aktivitas harian. Jika sistem tersebut terganggu atau mengalami kerusakan, akan berdampak pada kualitas hidup seseorang.
Sistem saraf sendiri terdiri dari dua komponen, yakni sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat, meliputi otak, saraf dan sumsum tulang belakang. Sementara sistem saraf tepi mencakup sistem saraf otonom dan somatik. Tapi, yang hendak dibahas kali ini adalah salah satu bagian dari sistem saraf pusat. Apa itu?
Pengertian Sumsum Tulang Belakang
Spinal cord atau medula spinalis merupakan nama lain sumsum tulang belakang, yaitu himpunan serabut saraf dan sel yang membentang mulai dari area bawah otak sampai punggung bagian bawah.
Ia dilindungi oleh tulang, cakram tulang rawan, otot dan ligamen untuk meminimalisir terjadinya guncangan atau cedera akibat aktivitas fisik. Tulang itu terdiri atas 33 ruas dan dikenal sebagai tulang belakang alias vertebra. Nah, spinal cord melintasi kanal tulang belakang, yakni lubang di antara ruas-ruas tulang belakang.
Bentuk spinal cord sendiri silinder dengan berat 35 gram dan diameter kurang lebih 1 cm. Panjang organ vital ini berbeda-beda setiap orang, tapi rata-rata sekitar 43-45 cm. Jadi, kira-kira cuma dua pertiga bagian dari panjang ruas-ruas tulang belakang.
Ia terbagi menjadi empat struktur, meliputi leher (servikal), punggung atas (toraks), punggung bawah (lumbal) dan panggul (sakral). Pada bagian paling bawah ada kumpulan saraf yang bentuknya mirip ekor kuda atau cauda equina.
Tiap-tiap struktur tadi mempunyai akar saraf yang muncul di kiri dan kanannya. Akar saraf tersebut terdiri atas akar saraf anterior (mengandung neuron motorik) dan akar saraf posterior (mengandung neuron sensorik).
Keduanya bersatu membentuk saraf tulang belakang yang terdiri dari 31 pasang dan terbagi menjadi lima, yaitu:
- Servikal atau leher, mencakup 8 pasang saraf,
- Toraks atau dada, mencakup 12 pasang saraf,
- Lumbar atau perut, mencakup 5 pasang saraf,
- Sakral atau panggul, mencakup 5 pasang saraf dan
- Koksigeal atau tulang ekor, mencakup 1 pasang saraf.
Saraf-saraf itulah yang menyambungkan spinal cord dengan berbagai bagian tubuh dan mentransmisikan impuls dari dan ke otak ke area tubuh tertentu.
Tidak berbeda dengan anatomi otak, spinal cord pun dikelilingi meninges (selaput membran) dan cairan serebrospinal sebagai pelindung. Meninges sendiri terdiri dari tiga lapisan, di antaranya pia mater, arachnoid dan dura mater. Sedangkan susunannya sebagai berikut:
- Dura mater, bagian membran spinal cord yang paling luar dan paling keras,
- Arachnoid mater, lapisan tengah yang melindungi spinal cord,
- Epidural, ruang antara dura mater dan arachnoid. Di sini lah dokter menyuntikkan bius lokal ketika pasien melahirkan atau melakukan prosedur operasi tertentu,
- Pia mater, lapisan yang paling dekat dengan spinal cord dan
- Subarachnoid, bagian yang berada di antara arachnoid dan pia mater. Bagian ini menyimpan cairan serebrospinal atau menyuntikkan bius.
Setelah beberapa lapisan tadi, terdapat kolom vertebra yang memanjang dari bawah tengkorak sampai area panggul.
Anatomi Sumsum Tulang Belakang
Letak sumsum tulang belakang persisnya di rongga tulang belakang, memanjang mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai dengan ruas tulang pinggang ke dua. Jika dipotong melintang, akan tampak strukturnya terbagi menjadi dua, yakni bagian abu-abu (substansia grisea) dan bagian putih (substansia alba).
Substansia Grisea
Bernama lain grey matter, bagian ini berbentuk kupu-kupu dan dibungkus oleh bagian yang berwarna putih alias substansia alba. Ia terdiri atas badan sel saraf, neuropil (dendrit dan akson tidak bermielin), sel glia (oligodendrosit dan astrosit), sinapsis serta kapiler.
Substansia grisea mempunyai beberapa ‘sayap’ yang disebut tanduk atau kolom, yaitu ventral, dorsal dan lateral.
Tanduk Ventral
Dikenal juga dengan tanduk anterior alias dua tanduk yang ada di bagian depan. Tanduk ini terhubung dengan otot rangka. Ia mengandung neuron motorik yang berfungsi mengangkut informasi dari otak dan sumsum tulang belakang untuk merangsang pergerakan otot.
Tanduk Dorsal
Tanduk dorsal atau posterior merupakan dua tanduk yang terletak di bagian belakang. Sama dengan tanduk ventral, ia juga terhubung dengan otot rangka. Fungsinya, menerima informasi-informasi sensorik, seperti sentuhan, tekanan, getaran dan rasa sakit dari tubuh untuk dibawa ke spinal cord atau otak.
Informasi tersebut dikirim dari tulang, sendi dan reseptor kulit lewat neuron sensorik yang badan selnya terdapat di ganglion akar dorsal. Nantinya, informasi itu akan ditransfer dalam akson ke atas spinal cord di saluran tulang belakang, tak terkecuali saluran spinothalamic dan lemniscus kolom-medial punggung.
Tanduk dorsal memiliki asosiasi konektor atau badan sel saraf penghubung yang bakal menerima impuls dari sel saraf sensorik dan mengantarkannya ke saraf motor. Di bagian putihnya, terdapat serabut saraf asosiasi.
Nah, himpunan serabut saraf tadi membentuk urat saraf, yang mana terdiri dari dua saluran, yakni saluran asenden dan saluran desenden. Saluran asenden bertugas membawa impuls ke otak, sedangkan saluran desenden membawa perintah dari otak.
Tanduk Lateral
Jika tanduk ventral dan dorsal terhubung dengan otot rangka, tanduk lateral terhubung dengan otot polos dan otot jantung. Tanduk lateral hanya dapat dijumpai di beberapa bagian spinal cord, seperti toraks, sakral dan lumbal atas. Ia berperan dalam aktivitas yang terjadi di divisi simpatis pada sistem motorik otonom.
Substansia grisea mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama masa anak-anak dan remaja. Studi yang dilakukan dengan neuroimaging cross-sectional menunjukkan bahwa di usia 8 tahun, volumenya berkurang. Tapi, akan meningkat lagi ketika mereka beranjak remaja.
Substansia Alba
Substansia alba adalah bagian yang mengitari substansia grisea. Bagian yang dikenal pula dengan white matter ini berisi akson, serabut saraf yang memanjang naik dan turun pada spinal cord.
Sama dengan substansia grisea, ia juga terbagi ke dalam beberapa kolom. Antara lain, kolom anterior (berada di antara tanduk anterior), kolom posterior (di antara tanduk posterior) dan kolom lateral (di antara tanduk posterior dan akson dari neuron tanduk anterior).
Substansia alba bergerak ke dua arah untuk menyalurkan informasi ke beberapa bagian tubuh. Bagian yang naik berfungsi mengirimkan sinyal tubuh ke otak, sedangkan bagian yang turun mentransmisikan sinyal dari otak ke otot serta kelenjar di seluruh tubuh.
Ia telah dianggap sebagai jaringan pasif yang mempengaruhi otak dan fungsi belajar, mengkoordinasikan komunikasi di berbagai daerah di otak dan sebagainya. Substansia alba yang dijumpai pada orang dewasa (non-lansia) ialah 1,7-3,6% darah.
Fungsi Sumsum Tulang Belakang
Sebagaimana yang sudah disebutkan, sumsum tulang belakang adalah salah satu bagian paling vital dalam sistem saraf manusia. Bersama dengan otak, ia membentuk sistem saraf pusat.
Meskipun berukuran kecil, perannya tidak kalah besar dari otak. Keduanya bahkan bekerja sama dalam menggerakkan sistem saraf pusat yang mengatur aktivitas sehari-hari, seperti bergerak, bernapas, merasakan sensasi atau rasa sakit dan sebagainya.
Jika otak menjadi pusat komando, spinal cord merupakan jalur yang dilalui oleh sinyal yang dikirim oleh otak ke seluruh tubuh, begitu sebaliknya. Selain itu, spinal cord pun menjadi pusat untuk mengontrol tindakan refleks yang tidak bergantung pada otak. Secara umum, fungsi dari spinal cord antara lain:
Komunikasi Antar Saraf
Untuk menyukseskan misinya, neuron atau sel-sel saraf harus saling berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya. Komunikasi ini berupa penghantaran sinyal-sinyal listrik. Nantinya, sensor tubuh akan menerima rangsangan. Kemudian ia, yang notabene merupakan sel saraf, bakal menyalinnya menjadi sinyal listrik.
Nah, sinyal-sinyal itulah yang akan dibawa ke otak untuk diolah. Tapi, sebelum sampai ke sana, ia mampir ke spinal cord terlebih dulu. Setelah diolah oleh otak, muncullah hasilnya dalam bentuk sinyal perintah yang lalu ditransmisikan lagi ke spinal cord untuk disampaikan ke efektor tubuh.
Mengendalikan Sensasi
Tadi telah disampaikan bahwa sumsum tulang belakang memiliki tugas yang amat penting, bukan? Salah satunya adalah mengendalikan sensasi. Ia akan menghimpun dan mengantarkan sinyal (informasi sensorik) yang didapat dari anggota tubuh atau panca indera ke otak.
Sinyal tersebut bisa berupa sentuhan, tekanan, rasa nyeri atau suhu (dingin atau panas). Kemudian, otak akan memprosesnya untuk memberi respon.
Mengontrol Gerakan dan Kinerja Organ
Di samping menuju ke otak, spinal cord juga membawa sinyal dari otak ke otot atau organ tubuh tertentu, seperti otot tangan, lengan, jari, kaki, tungkai dan lain-lain untuk mengontrol gerak (motorik).
Contohnya, saat kamu ingin berjalan, spinal cord akan mentransfer sinyal yang berupa perintah dari otak ke otot kaki. Lalu, otot kaki yang menerimanya akan meregang atau berkontraksi. Barulah terjadi gerakan berulang seperti ketika kita sedang berjalan.
Sinyal-sinyal tersebut pun dapat dibawa ke organ-organ tubuh, termasuk jantung dan paru-paru guna menjalankan fungsi otonom, di antaranya mengontrol napas, detak jantung, tekanan darah serta masih banyak lagi.
Mengatur Gerak Refleks
Refleks adalah respon spontan dipicu oleh rangsangan yang melibatkan otak, spinal cord dan saraf di sistem saraf perifer. Itu membuat spinal cord berperan dalam mengontrol setiap gerakan refleks pada tubuh.
Berbeda dengan motorik, pada gerak refleks, sinyal berjalan melalui jalur pendek atau tanpa diolah oleh otak terlebih dulu. Contohnya, lutut yang tersentak ketika diketuk di titik-titik tertentu.
Menurut laman Arizona State University, saat terjadi gerak refleks pada lutut, neuron sensorik langsung terhubung ke neuron motorik di spinal cord alias tidak mampir ke otak. Sehingga, respon yang dihasilkan lebih cepat dibanding gerak motorik.
Gerak refleks sendiri terbagi menjadi dua, yaitu respon sederhana dan respon yang didapat. Gerak refleks yang pertama tidak membutuhkan proses belajar sebelumnya, sedangkan yang kedua didapat dari hal yang dipelajari sebelumnya.
Contoh respon sederhana adalah saat kita mengangkat tangan manakala menyentuh sesuatu yang terlalu panas. Sementara refleks yang didapat ialah ketika kita bermain piano. Terjadinya gerak refleks tadi tidak lepas dari komponen-komponen berikut:
- Reseptor, bagian tubuh yang bertugas menangkap rangsangan dan menghasilkan sinyal,
- Jalur Afferen, jalur yang mentransmisikan sinyal ke pusat integrasi,
- Pusat Integrasi, sistem saraf yang memproses semua potensi tindakan dan menentukan respon seperti apa yang diberikan,
- Jalur Eferen, jalur yang membawa sinyal respon ke organ efektor dan
- Organ Efektor, organ yang melakukan respon terhadap proses-proses sebelumnya. Organ efektor bisa berupa otot atau kelenjar tubuh.
Penyakit Sumsum Tulang Belakang
Tubuh manusia sangat tergantung pada sumsum tulang belakang. Tanpanya, seseorang tidak dapat berdiri, membungkuk, berputar serta melakukan gerakan-gerakan lainnya. Oleh karena itu, ia dilindungi oleh tulang untuk memperkecil kemungkinan cedera.
Sebab, jika terjadi cedera pada sistem tersebut, fungsi tubuh, dari fungsi sensorik, hingga fungsi motorik dan fungsi otonom akan terganggu. Berikut beberapa contoh cedera atau penyakit yang bisa menyerang spinal cord!
Cedera Sumsum Tulang Belakang
Sesuai namanya, cedera ini terjadi apabila bagian dari spinal cord yang terlindungi mengalami kerusakan. Tentunya, bakal sangat mempengaruhi fungsi spinal cord itu sendiri. Sebab, otak tidak bisa mentransmisikan sinyal melalui bagian yang cedera.
Semakin dekat lokasi cedera dengan otak, semakin luas pula kemungkinan kerusakan yang terjadi. Walaupun sekarang banyak pilihan pengobatan yang tersedia, pemulihan akibat cedera tersebut dirasa masih kurang maksimal.
Oleh karenanya, jaga spinal cord dengan cara membiasakan hidup sehat, mulai dari mengonsumsi makanan yang baik untuk tulang dan saraf dan menghindari olahraga high-impact yang dapat mengakibatkan cedera pada saraf tulang belakang.
Cedera Tulang Belakang
Merupakan kerusakan yang terjadi di spinal cord atau cauda equina. Cedera ini bisa terjadi akibat jatuh atau kecelakaan yang pada akhirnya membuat tulang belakang, ligamen, cakram tulang belakang atau spinal cord rusak.
Cedera tulang belakang pun dapat terjadi karena suatu penyakit, misal radang sendi (arthritis), osteoporosis, peradangan pada spinal cord hingga kanker. Kondisi tersebut berpotensi memicu perubahan permanen pada sensasi, kekuatan serta fungsi tubuh yang ada di bawah lokasi cedera.
Spinal Stenosis
Atau dikenal dengan stenosis tulang belakang merupakan kondisi yang disebabkan oleh adanya penyempitan pada ruas tulang belakang. Spinal stenosis paling sering terjadi di leher dan punggung bagian bawah.
Gejala yang ditimbulkan, yaitu kesemutan atau mati rasa hingga lumpuh di area kaki dan tungkai. Umumnya, spinal stenosis diderita oleh mereka yang berusia 50 tahun ke atas. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk usia di bawahnya.
Multiple Sclerosis
Ini merupakan penyakit yang menyerang saraf di bagian otak, mata serta tulang belakang. Ia bisa mempengaruhi gerak tubuh dan penglihatan seseorang. Bahkan berpotensi mematikan sistem saraf pusat.
Hal itu dikarenakan sistem kekebalan tubuh penderita multiple sclerosis menginvasi mielin (selaput pelindung saraf), sehingga mengganggu komunikasi antar otak dengan seluruh tubuh. Apabila tidak cepat ditangani, kondisi tersebut dapat memicu kemunduran saraf atau kerusakan saraf permanen.
Amyotrophic Lateral Sclerosis
Disingkat dengan ALS, penyakit ini pernah viral di tahun 2014 lewat tantangan ice bucket. Meskipun namanya terdengar keren, ternyata ia cukup berbahaya. Sebab, ia bisa mengakibatkan kondisi penderita memburuk, bahkan hingga alami kelumpuhan.
ALS sendiri merupakan penyakit yang mempengaruhi sel-sel saraf pada otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit tersebut dapat melemahkan dan merusak neuron motorik, sehingga tubuh akan kehilangan kontrol otot. Penderita pun bakal kesulitan berbicara, bernapas atau berjalan.
Selain cedera maupun penyakit yang telah disebutkan, ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan spinal cord rusak, di antaranya:
- Hernia Nukleus Pulposus, tekanan pada saraf yang diakibatkan oleh bergesernya ruas tulang belakang,
- Tumor, di kanal tulang belakang, baik yang bersifat kanker maupun non-kanker,
- Hematoma, terdapatnya darah abnormal di luar pembuluh darah,
- Abses, munculnya nanah yang disebabkan oleh infeksi yang menyebabkan kinerja saraf terganggu,
- Fraktur Vertebra, retak atau patah atau fraktur tulang belakang dan
- Penyakit Diskus Degeneratif, penuaan secara bertahap pada disc atau cakram tulang belakang.
Penyebab dan Gejala Penyakit Sumsum Tulang Belakang
Kerusakan spinal cord bisa disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya:
- Mengalami kekerasan, seperti tertembak atau tertusuk,
- Trauma akibat kecelakaan,
- Jatuh dari ketinggian,
- Cedera di bagian punggung dan kepala ketika berolahraga,
- Menyelam di perairan dangkal dan menghantam bagian dasarnya serta
- Tersetrum listrik.
Sedangkan gejalanya bermacam-macam. Dapat dirasakan di sekitar tulang belakang maupun area tubuh lainnya, seperti lengan dan tungkai kaki. Nah, gejala-gejala tersebut meliputi:
- Rasa nyeri atau sakit di bagian punggung,
- Kejang otot yang tak terkendali,
- Anggota tubuh, khususnya di bagian atas melemah, mati rasa hingga lumpuh,
- Perubahan refleks tubuh,
- Hilangnya kontrol saluran kemih atau usus, sehingga penderita tidak dapat mengendalikan urination (buang air kecil) atau buang air besar,
- Kehilangan kemampuan merasakan sensasi,
- Kesulitan berjalan,
- Posisi kepala tidak normal, dan
- Pingsan (tidak sadar).
Apabila mengalami gejala di atas, terutama kalau berulang dan tidak kunjung membaik, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Beliau bakal memberikan diagnosis serta penanganan yang tepat sesuai kondisi kamu.
Pertama-tama, beliau akan melakukan pemeriksaan secara fisik. Kemudian, memberikan beberapa tes, seperti:
- Rontgen, untuk mengetahui adanya keretakan atau tumor,
- MRI (Magnetic Resonance Imaging) tulang belakang, untuk memeriksa adakah bagian yang mengalami tekanan,
- Myelografi, guna mengetahui secara pasti lokasi dengan kondisi yang abnormal dan
- Elektromiogram (EMG), untuk mencari akar saraf yang mengalami masalah.
Langkah perawatan yang direkomendasikan oleh dokter tergantung pada lokasi maupun tingkat keparahan penyakit tersebut, di antaranya terapi fisik (physical therapy), modifikasi aktivitas, mengonsumsi obat hingga operasi.
Donor Sumsum Tulang Belakang
Donor sumsum tulang belakang dibutuhkan oleh mereka yang hendak mengganti sumsum tulang yang sudah tidak berfungsi atau rusak akibat kondisi medis tertentu dengan sumsum tulang yang sehat.
Donor atau transplantasi sumsum tulang belakang melibatkan proses pengambilan sel pada sumsum tulang belakang, memfilter sel-sel tersebut dan mengembalikannya kepada orang yang membutuhkan.
Metode ini dinilai efektif untuk mengobati kanker. Selain itu, juga tidak menimbulkan efek samping. Banyak pengidap penyakit anemia sel sabit, kanker darah (leukimia dan limfoma) serta kondisi-kondisi yang mengancam nyawa lainnya yang bergantung pada sumsum tulang untuk bertahan hidup. Sehingga, metoda tadi dapat menjadi pilihan.
Kondisi-kondisi yang Membutuhkan Donor Sumsum Tulang Belakang
Ada beberapa kondisi yang bisa merusak spinal cord seseorang, sehingga mereka membutuhkan donor atau transplantasi. Antara lain:
Leukemia
Leukemia atau kanker darah merupakan kondisi di mana tubuh terlalu banyak menghasilkan sel darah putih abnormal. Penyakit ini dimulai dari sumsum tulang belakang, mengingat organ tersebutlah yang memproduksi sel darah putih.
Terganggunya fungsi medula spinalis membuat sel darah putih yang diproduksi mengalami perubahan serta tidak lagi menjalankan perannya, yakni sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh secara efektif.
Kanker darah bisa diderita oleh orang dewasa maupun anak-anak. Beberapa gejalanya, yaitu anemia, mimisan, tubuh terasa amat lelah, muncul bintik merah pada kulit, keringat berlebihan dan sebagainya.
Penanganan terhadap penyakit itu, di antaranya radioterapi, kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang belakang.
Baca juga:
Kebiasaan penyebab anemia
Anemia Aplastik
Kondisi ini terjadi ketika medula spinalis berhenti memproduksi sel darah baru, sehingga kadar salah satu atau semua jenis sel darah menurun. Anemia aplastik umumnya terjadi pada orang yang berusia 20 tahunan dan lansia.
Sama halnya dengan leukemia, penyebab penyakit tersebut juga belum diketahui secara pasti. Gejala awalnya, yakni lelah, pucat, demam, sakit kepala, sesak napas hingga pendarahan kulit. Penderita pun mudah mengalami leukopenia alias kekurangan sel darah putih.
Transfusi darah mungkin bisa menolong untuk sementara waktu. Namun, bila kondisinya sudah parah, jalan satu-satunya yang harus ditempuh adalah mendapatkan transplantasi sumsum tulang yang sehat.
Sarkoma Sel Retikulum Tulang
Disebut pula dengan limfoma tulang, penyakit ini merupakan jenis kanker tulang yang ganas. Ia lebih sering menyerang pria dibanding wanita. Umumnya, terdeteksi di usia antara 40-60 tahun.
Sarkoma sel retikulum dapat terjadi di semua jaringan tulang dan menyebar ke tulang-tulang lainnya dalam tubuh. Gejala yang biasanya terjadi, yaitu rasa nyeri dan bengkak di area yang terserang. Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut ialah radioterapi dan transplantasi sumsum tulang belakang.
Sistem Kekebalan Tubuh Rusak
Kondisi ini bisa terjadi pada anak yang dilahirkan dengan kecacatan sistem kekebalan tubuh yang membuat mereka tidak mampu melawan penyakit. Sama seperti anemia aplastik, transfusi darah memang dapat membantu. Akan tetapi, lebih baik segera memperoleh penanganan yang lebih serius, yakni dengan transplantasi sumsum tulang jika kondisinya sudah parah.
Tujuan Donor Sumsum Tulang Belakang
Sebagaimana yang sudah disampaikan, transplantasi sumsum tulang belakang berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk kanker dan mengganti medula spinalis yang rusak akibat kondisi dan perawatan medis tertentu, seperti radioterapi atau kemoterapi.
Jika dijabarkan, berikut tujuan diterapkannya prosedur donor sumsum tulang:
- Mengganti sumsum tulang yang rusak atau tidak berfungsi dengan sumsum tulang yang masih baik,
- Mengganti sumsum tulang yang hancur akibat metode pengobatan kanker dengan dosis tinggi agar fungsinya kembali normal dan
- Mengganti sumsum tulang yang rusak dengan yang berfungsi secara genetik guna mengantisipasi kerusakan akibat proses penyakit genetik.
Walaupun demikian, donor sumsum tulang cukup berisiko bagi penerima donor. Bahkan, ada beberapa kasus yang merenggut nyawa mereka. Jadi, pertimbangkan manfaat dan risikonya secara menyeluruh sebelum melakukan prosedur tersebut.
Mendapatkan Donor Sumsum Tulang Belakang Sulit?
Walaupun efektif untuk mengobati kanker, ternyata untuk mendapatkan donor sumsum yang cocok tidak semudah memperoleh donor darah. Tidak semua orang bisa menjadi pendonor. Umumnya, yang memiliki kecocokan sumsum tulang ialah anggota keluarga penderita.
Tapi, menurut para ahli, persentasenya lebih besar antara saudara kandung daripada antara orang tua dan anak. Jika antara saudara kandung persentase kesuksesannya mencapai 25%, antara orang tua dan anak hanya 0,5%.
Apabila kasusnya penderita tidak mempunyai saudara atau kondisi calon pendonor tidak memungkinkan untuk melakukan transplantasi, ia bisa mendapatkan donor dari orang asing yang tidak mempunyai hubungan darah. Namun, peluang kesuksesannya sangat kecil.
Lantas, apa akibatnya kalau penderita tidak menggunakan donor yang cocok? Bila dipaksakan menerima donor yang tidak cocok, justru akan memicu kehadiran masalah baru yang membahayakan kondisi penderita.
Misal, penderita menerima donor dari orang tua. Meski ada kemungkinan, tapi hal tersebut bisa membuat sistem kekebalan tubuh terganggu karena tidak sepenuhnya sesuai. Akhirnya, tubuh bakal memberikan penolakan, yang mana dapat menghambat proses pemulihan.
Dampak lain, yaitu memperburuk kondisi penyakit hingga membuat penderita mengalami infeksi serta gangguan fungsi tubuh. Dan jika donor tersebut gagal, sel kanker tidak dapat dimusnahkan secara total. Penderita tetap harus menjalani radioterapi dan kemoterapi.
Donor sumsum tulang belakang harus dilakukan dengan tepat. Bahkan, jika penderita telah menemukan calon pendonor, mereka tetap harus melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan.
Mulai dari tes darah sampai pemeriksaan DNA. Tujuannya adalah untuk memastikan kecocokan antara pendonor dan penerima donor. Mereka pun harus memastikan bahwa syarat-syarat untuk mendonorkan sumsum tulang telah terpenuhi.
Vitamin Untuk Sumsum Tulang Belakang
Semua vitamin mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Tapi, jika berbicara soal sistem saraf, vitamin B kompleks dapat diandalkan. Sebab, vitamin ini berguna untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem saraf. Berikut vitamin untuk sumsum tulang belakang yang direkomendasikan:
Vitamin B1
Dikenal pula dengan tiamin, jenis vitamin ini mampu meredakan rasa sakit, mengurangi peradangan dan mencegah kerusakan sel. Ia juga membantu tubuh menghasilkan tenaga dari nutrisi yang didapat dan amat dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan serta fungsi sel.
Manfaat lainnya, yaitu meringankan nyeri diabetes, penyakit jantung, sariawan, gangguan penglihatan, seperti glaukoma dan katarak, mencegah Alzheimer, mengurangi tingkat stress dan meningkatkan kemampuan belajar.
Tiamin bisa diperoleh dari kacang polong, beras merah, sereal dan makanan fermentasi. Akan tetapi, tidak dianjurkan untuk memanaskan makanan-makanan tersebut. Sebab, justru hanya akan mengurangi vitamin yang terkandung di dalamnya.
Vitamin B6
Bernama lain piridoksin, vitamin B6 merupakan nutrisi yang sangat baik untuk menjaga kesehatan fungsi saraf pusat. Kekurangan vitamin ini bisa menyebabkan seseorang kelelahan, mudah marah, sakit kepala, gugup, depresi, sulit tidur dan susah berjalan. Kondisi lain yang merupakan efek kekurangan piridoksin adalah sindrom carpal tunnel, neuritis (radang urat saraf) dan neuralgia (nyeri urat saraf).
Sumber makanan yang tinggi akan kandungan vitamin B6, yaitu daging, ikan, kacang polong, kacang kering, kedelai, kentang dan pisang.
Vitamin B12
Vitamin B12 atau kobalamin diperlukan tubuh untuk menunjang fungsi sel saraf. Kekurangan vitamin ini bisa menyebabkan seseorang terkena neuropati perifer. Apabila tidak segera ditangani akan membuat saraf penderita rusak secara permanen.
Di samping itu, defisiensi kobalamin juga dapat mengakibatkan kebutaan kortikal, yaitu kehilangan fungsi indera penglihatan karena disfungsi bilateral dari korteks visual pada oksipital, yang mana dalam beberapa kasus tidak bisa disembuhkan.
Jika ibu menyusui kekurangan vitamin tersebut berpotensi membuat bayi mengalami gangguan kejang mioklonik, atrofi otak dan mikrosefali atau kepala kecil yang abnormal, disertai retardasi mental.
Vitamin B12 sendiri dapat diperoleh dari produk hewani, di antaranya daging merah, daging unggas, hati, ikan, telur dan susu serta produk olahannya.
Alternatif Makanan yang Baik Untuk Sumsum Tulang Belakang
Selain vitamin yang disebutkan di atas, berikut makanan yang direkomendasikan untuk menjaga kesehatan sumsum tulang:
Tahu
Siapa yang tidak suka makanan ini? Selain enak, harganya pun murah. Cocok diolah menjadi apa saja lagi! Tak hanya memiliki dua kelebihan tadi, tahu juga sangat bergizi. Makanan tersebut mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan sumsum tulang, di antaranya zat besi, kalsium dan fosfor.
Brokoli
Sayuran hijau ini tidak hanya baik untuk meningkatkan kekebalan tubuh, tapi juga membantu menjaga sistem saraf supaya tetap sehat, loh! Ia juga membantu mengoptimalkan fungsi otak, mempromosikan pertumbuhan otot serta mengusir racun dalam darah yang berpotensi merusak sumsum tulang. Hal itu tidak lepas dari kandungan fosfor dan kalium yang terdapat di dalamnya.
Ikan Tuna
Salah satu ikan yang nikmat diolah menjadi hidangan apapun, nih. Di samping rasanya yang mampu memanjakan lidah, ikan tuna ternyata mengandung omega-3 yang sangat tinggi, loh, yang mana sangat bermanfaat untuk perkembangan otak dan fungsi sistem saraf.
Ikan tuna juga mengandung fosfor, vitamin B6 dan vitamin B12 yang manfaatnya telah disebutkan.
Lentil
Masih asing dengan makanan ini? Ia termasuk keluarga kacang-kacangan, loh! Itu membuatnya mengandung vitamin B, protein dan asam folat yang tinggi. Sehingga, sangat baik untuk kesehatan sumsum tulangmu.
Mengonsumsi lentil dengan porsi yang tepat bisa membantu sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah untuk memasok oksigen dalam sel, organ serta jaringan tubuh.
Sumsum tulang belakang punya peran yang tidak kalah penting dari otak. Ketiadaannya membuat manusia sulit untuk melangsungkan hidup. Sebab, sebagian besar saraf yang ada di seluruh tubuh terkoneksi dengannya. Jadi, jagalah kesehatan organ tersebut dengan senantiasa menjalankan pola hidup sehat. ##47##