
Kejang demam merupakan salah satu kondisi medis yang cukup sering dijumpai orang tua pada anak. Kejang didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak, yang berlangsung tiba-tiba dan sementara, akibat lepasan muatan listrik yang abnormal pada sel saraf. Ada berbagai macam penyebab kejang, salah satunya ialah kejang yang dicetuskan oleh kondisi demam (kejang demam). Kejang demam umumnya dijumpai pada anak usia muda (di bawah 6 tahun) karena imaturitas otak dan fungsi termoregulasi tubuh yang belum matang pada usia dini. Selain itu, faktor genetik juga berkontribusi cukup besar terhadap insidensi penyakit ini.
Mengingat bahwa kejang dapat menjadi petunjuk kondisi medis yang mematikan, penting untuk mencari penanganan medis sesegera mungkin. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan oleh keluarga ketika menghadapi anak kejang sebelum mendapatkan penanganan medis:
- Miringkan posisi anak
Memiringkan posisi penting untuk mencegah masuknya cairan ke paru yang berpotensi menyebabkan kematian.

- Longgarkan pakaian
Melonggarkan pakaian anak yang terlalu ketat agar tidak mengganggu upaya napas.
- Perhatikan jalan napas
Pastikan kondisi jalan napas anak bebas sumbatan (tidak terdengar bunyi napas tambahan yang tidak normal). Hindari memasukan sendok atau benda apapun ke mulut anak ketika kejang.
- Berikan obat anti kejang (diazepam) melalui dubur
Jika ada, berikan obat antikejang melalui dubur. Orangtua dengan anak yang memiliki riwayat kejang demam sebelumnya seringkali akan dibekalkan obat anti kejang yang dapat diberikan melalui dubur untuk sewaktu-waktu dibutuhkan.
Selain hal-hal di atas, orang tua tetap perlu membawa anak berobat mengingat kejang memiliki kemungkiinan penyebab yang sangat luas serta dampaknya yang bisa mengancam nyawa. Berikut hal-hal yang setidaknya orangtua ketahui:
- Jenis kejang dan kesadaran saat kejang
Ada berbagai macam bentuk kejang, namun yang terpenting ialah memperhatikan apakah kejang yang terjadi hanya melibatkan 1 sisi tubuh (kiri atau kanan), ataukah 2 sisi tubuh (kiri dan kanan). Selain itu, keterangan mengenai kondisi kesadaran anak pada saat kejang juga penting. Apakah pada saat kejang, anak sadar atau tidak sadar. Hal ini akan membantu memberikan gambaran apakah hanya satu hemisfer otak atau kedua hemisfer otak yang terlibat ketika kejang berlangsung.
- Durasi kejang
Perhatikan berapa lama kira-kira kejang berlangsung.
- Suhu sebelum dan saat kejang
Agaknya memang sulit mengetahui secara pasti suhu ketika kejang terjadi di rumah, namun setidaknya gambaran umum kejang terjadi pada suhu relatif rendah atau suhu tinggi bisa menjadi gambaran sensitivitas anak terhadap suhu tubuh. Untuk orangtua yang memiliki anak dengan riwayat kejang demam sebelumnya, penting untuk mengukur suhu tubuh anak secara rutin ketika demam.
- Gejala lainnya
Apakah ada gejala batuk, pilek, muntah, diare, atau kondisi lainnya yang menyertai.
Keempat hal tesebut merupakan informasi minimal yang setidaknya diketahui oleh keluarga sehingga mempermudah tenaga medis dalam memberikan terapi yang tepat. Terapi antikejang yang diberikan terdiri atas obat yang diberikan saat kejang, dan obat yang diberikan untuk mencegah kejang. Tidak semua anak dengan riwayat kejang demam memerlukan terapi antikejang pencegahan jangka panjang. Namun jika diperlukan, terapi antikejang pencegahan dapat diberikan hingga 2 tahun bebas kejang.
Selain adanya risiko memperoleh terapi jangka panjang, anak dengan riwayat kejang demam juga berisiko untuk mengalami episode kejang demam di kemudian hari. Risiko ini akan meningkat pada anak dengan riwayat kejang demam serupa di keluarga (pada saudara atau orang tua kandung), usia pertama kali kejang demam di bawah 12 bulan, suhu pada saat kejang yang tidak terlalu tinggi (sensitivitas anak untuk kejang tinggi), serta cepat munculnya kejang sejak anak demam. Jika ditemukan keempat hal tersebut, kemungkinan kejang demam akan berulang dapat mencapai 80%. Selain risiko kejang demam berulang, terdapat risiko epilepsi pada anak dengan riwayat kejang demam.