Memiliki buah hati atau keturunan adalah salah satu cita-cita dalam perkawinan sepasang suami-istri. Keturunan dicita-citakan oleh setiap insan karena keturunanlah yang akan menjadi generasi penerus untuk melanjutkan arah dan cita-cita kedua orang tuanya. Seorang keturunan adalah hiasan mata, buah hati, dan belahan jiwa bagi kedua orang tuanya. Dalam sebuah ikatan perkawinan, kehadirannya tidak hanya menjadi kebahagiaan, melainkan juga sebagai lem perekat cinta pasangan suami-istri.
Akan tetapi untuk menjalani kehamilan sebagai awal dari hadirnya ke dunia, buah hati yang dicita-citakan, sebaiknya pasangan suami-istri mengetahui perihal jenis-jenis kehamilan yang berisiko. Ini sangat diperlukan demi kesehatan sang ibu hamil serta keselamatan sang buah hati dalam kandungan.
Seorang wanita tidaklah dalam setiap kondisi siap menerima dan menjalani kehamilan. Ada momen-momen atau kondisi-kondisi tertentu di mana seorang wanita memiliki kondisi yang membuatnya harus menghadapi kehamilan berisiko sehingga sebaiknya ia harus memahami dan memikirkan ulang untuk perencanaan kehamilannya. Oleh karena itu, penting untuk diketahui jenis-jenis kehamilan berisiko ini agar dapat merencanakan kehamilan dengan baik dan menyenangkan.
4 Kehamilan Berisiko
Kehamilan berisiko (Ilustrasi/pixabay)- Kehamilan setelah bersalin.
Pada wanita yang termasuk kategori subur, ia dapat segera hamil lagi hanya sebulan pasca bersalin. Akan tetapi keadaan ini secara medis sesungguhnya kurang baik. Alasannya, tubuh membutuhkan waktu untuk memulihkan organ-organ reproduksi ke bentuk semula setelah mengalami penyesuaian dan perubahan ketika hamil hingga bersalin. Oleh karena itu, dianjurkan kepada para ibu untuk memanajemen kehamilan dengan sebaik-baiknya. Setidaknya kira-kira setahun pasca bersalin baru berencana untuk hamil lagi.
Selain masalah pemulihan organ-organ tubuh, rentang waktu antara bersalin dengan kehamilan berikutnya juga diperlukan untuk dapat menyediakan ASI dengan sebaik-baiknya pada bayi yang masih membutuhkan ASI. Secara normal, bayi membutuhkan asupan ASI hingga usia dua tahun.
Sementara ketika ibu hamil, selain bayi, janin dalam kandungan juga membutuhkan asupan makanan dari ibunya. Ini terkadang mengakibatkan adanya gangguan tersendiri bagi si ibu hamil. Selain dari faktor asupan makanan, juga akan sangat mengganggu pada aktivitas dan kesibukan yang luar biasa ketika harus mengurus bayi dan janin dalam kandungan sekaligus.
2. Kehamilan setelah keguguran.
Berapa lama sesungguhnya waktu yang diperlukan bagi seorang ibu untuk hamil kembali setelah mengalami keguguran? Hingga saat ini, belum ada informasi yang benar-benar tepat dan akurat mengenai berapa lama waktu yang diperlukan oleh ibu yang telah mengalami keguguran untuk dapat hamil kembali.
Di atas lapangan, ada ibu yang dapat hamil kembali hanya sebulan-dua bulan kemudian pasca keguguran, akan tetapi ada banyak pula yang harus menunggu lebih lama untuk dapat hamil kembali.
Kemampuan kehamilan pasca keguguran sesungguhnya sangat bergantung pada kemampuan tubuh individual. Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa kehamilan dapat terjadi kembali setelah siklus haid kembali normal dan pendarahan dalam rahim telah berhenti.
Biasanya, emosi seorang ibu akan mengalami kondisi ketidakstabilan setelah keguguran. Oleh karenanya para dokter biasanya menganjurkan para ibu untuk menunggu sekitar 3 bulan kemudian baru hamil kembali. Anjuran tersebut tentu saja diberikan setelah saat pemerisaan keguguran yang dialami si ibu tidak ditemukan kelainan yang membutuhkan pengobatan. Apabila ternyata mengalami kelainan dan butuh pengobatan, tentu harus menjalani proses penyembuhan dulu sebelum merencanakan kehamilan kembali.
Keguguran sesungguhnya tidak mempengaruhi tingkat kesuburan seseorang. Jadi sekalipun pernah mengalami keguguran, tingkat kesuburan si ibu tidak akan terpengaruh. Tentu sebagaimana tadi yaitu jika tidak mengakibatkan kelainan atau kerusakan organ. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa jika terjadi dua kali atau bahkan tiga kali lebih keguguran beruntun, mungkin itu merupakan pertanda ada gangguan tertentu seperti infeksi, fibroid, ataupun kondisi kejiwaan, kesiapan untuk menjalani kehamilan kedua.
3. Kehamilan setelah vaksinasi.
Setelah menjalani vaksinasi, tubuh membutuhkan waktu untuk membentuk kekebalan tubuh sebagai proses dari vaksinasi. Sehingga rencana kehamilan untuk ibu hamil perlu disesuaikan dengan jadwal vaksinasi yang dijalani. Waktu terbaik untuk merencanakan kehamilan adalah setidaknya setelah satu bulan pasca vaksinasi.
Akan tetapi khusus untuk vaksin rubella, perlu waktu hingga 3 bulan lamanya untuk membangun kekebalan tubuh. Jadi waktu yang ideal adalah pasca tiga bulan untuk merencanakan kehamilan pasca vaksinasi. Selanjutnya, biarkan Tuhan yang memutuskan nasib terbaik untuk sang ibu hamil.
4. Kehamilan setelah operasi caesar.
Si ibu yang merencanakan kehamilan kedua atau bahkan lebih setelah menjalani operasi caesar harus mempertimbangkan keputusannya dengan benar-benar cermat. Perlu diketahui bahwa pasca menjalani operasi caesar, wanita membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan tubuh daripada proses bersalin yang normal sebagaimana pada umumnya.
Bagi ibu yang telah menjalani operasi caesar untuk kehamilannya, dianjurkan untuk tidak merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat. Sebaiknya waktu yang diperlukan untuk merencanakan kehamilan berikutnya adalah sekitar dua atau tiga tahun kemudian agar supaya bekas pembedahan di rahim dan dinding perut telah siap untuk menerima kehamilan kembali dan dapat memperoleh kehamilan yang sehat. Perlu diketahui pula bahwa jumlah operasi caesar maksimal hanya tiga kali. Jika sudah mengalami tiga kali operasi caesar untuk proses bersalin, sebaiknya ibu tidak lagi merencakan kehamilan dan puas dengan jumlah buah hati yang telah dimiliki.
Demikianlah 4 jenis kehamilan berisiko yang perlu diketahui oleh setiap pasangan suami-istri, atau seorang ibu pada khususnya. Dengan memahami setiap kondisi kehamilan berisiko ini, semoga dapat membantu setiap wanita untuk dapat merencanakan kehamilannya dengan sebaik-baiknya.