Tantrum atau ledakan emosi pada anak sering membuat orang tua kewalahan. Mereka biasanya berteriak, berguling di lantai, bahkan tak jarang memukul badannya sendiri. Orangtua menjadi serba salah. Dibujuk, jeritannya semakin keras. Dimarahi, ia berbalik memarahi.
Cara menghadapi anak tantrum (Ilustrasi/pixabay)Melihat tingkah anak yang seperti ini tentu saja terkadang akan menyulut emosi orang tua. Kadang kala, kita juga jadi tidak bisa mengendalikan emosi. Kita membentak mereka. Kadang memberikan cubitan, juga disertai dengan bentakan. Tujuannya agar mereka diam. Tapi apakah mereka diam? Tidak. Justru tangisan dan teriakannya semakin keras.
Di samping itu, bentakan dan cubitan kita tadi juga berdampak terhadap mentalnya. Di tengah teriakannya, ia juga mendengar teriakan kita. Dampaknya bagi anak ialah mereka menjadi orang yang tidak percaya diri. Cenderung menjadi sosok yang introvert.
Cara menghadapi anak tantrum
Untuk meredam emosi kita menghadapi anak-anak yang mengalami tantrum, lakukanlah hal berikut:
- Jangan dilawan
Biarkan mereka menangis, berteriak, menendang, atau apa pun yang ingin dilakukan. Jangan dilawan (dibentak atau dimarahi, apalagi melakukan kekerasan fisik). Hal ini tidak akan menyebabkan mereka diam (terutama pada anak usia 4-6 tahun). Justru akan membuat situasi semakin tak terkendali.
- Diamkan untuk beberapa saat
Untuk sejenak, biarkan mereka melepaskan emosinya. Kita, para orangtua, lebih diam untuk beberapa saat. Ambil nafas yang dalam. Cari posisi yang nyaman di dekat mereka. Jangan terlalu dekat, karena mereka bisa menendang atau melakukan apa saja yang bisa menyulut emosi kita.
- Alihkan dengan sebuah cerita yang dapat menarik perhatiannya
Alihkan kemarahannya tadi dengan sebuah cerita. Cerita yang dapat menarik perhatiannya. Mungkin kisah-kisah dongeng yang disukainya. Atau bisa juga cerita nyata yang orang tua dan anak alami bersama. Atau bisa pula cerita rekaan orang tua mengenai sebuah peristiwa fantastis yang lokasi atau orangnya dikenali oleh si anak. Kalau bisa, usahakan cerita itu menggiring anak untuk tidak mau menangis. Tapi jangan pula cerita yang justru membuat ia takut.
- Berikan pelukan
Setelah teriakannya melemah, secara perlahan, sambil tetap bercerita, peluklah ia. Pelukan yang lembut dan tulus dapat mengurangi rasa marah anak. Fokuskan perhatian dan pikiran hanya pada dia. Dengan cara ini, anak merasa mendapat perlindungan dari orang tua. Ia tidak merasa diabaikan.
- Komunikasikan alasan anak menjadi marah
Anak berhenti menangis, bukan berarti usaha kita juga berhenti. Komunikasikan dengan anak alasan mereka menangis. Anak-anak masih belum bisa membedakan jenis-jenis perasaan, antara sedih, kesal, kecewa, dan yang lainnya. Untuk itu berbicaralah secara kongkret. Karena alasan apa mereka menangis.
- Jangan sungkan untuk minta maaf
Kalau ternyata penyebab anak menangis ialah karena kekurangarifan kita, maka biasakanlah untuk meminta maaf. Anak-anak akan merasa senang. Dan terbiasa dengan kata maaf.
- Berikan senyuman
Jangan lupa tunjukkan wajah senyum ketika Anda mulai bercerita atau memeluknya. Ini sangat berpengaruh kepada anak. Melihat wajah kita yang cemberut dan mau marah, emosinya akan naik kembali, tapi tidak demikian halnya bila ia melihat kita tersenyum.