Beberapa waktu yang lalu, sebuah berita mengejutkan datang dari dunia permusikan dan membuat seluruh pecinta musik kehilangan sosok penyanyi legendaris Linkin Park, Chester Bennington. Chester diberitakan meninggal dunia akibat bxxxx dxxx dengan cara gxxxxxx dxxx di rumahnya. Diketahui pula bahwa selama ini, Chester mengalami traumatik masa kecil, kecandxxx narkxxx dan alkoxxx yang membuatnya tergiring dalam sebuah kondisi depresi. Tentu ini bukan hal yang baru pertama kali kita dengar bahwa seorang dengan popularitas tinggi meninggal dunia akibat bxxxx dxxx. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya ada sangat banyak kejadian seperti itu di kalangan masyarakat yang tidak terliput dalam media.
Menurut World Health Organization (WHO), depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling banyak terjadi pada masyarakat di dunia, dengan perkiraan angka kejadian sebesar 300 juta orang (perbandingan depresi pada perempuan lebih banyak dibandingan pada laki-laki). Meskipun angka kejadian depresi cukup tinggi, namun sebenarnya depresi dapat sembuh dengan mendapat penanganan yang cepat dan tepat dari dokter spesialis kesehatan jiwa (SpKJ). Penanganan tersebut dapat berupa pengobatan dengan obat-obatan atau melalui konseling. Jadi, pada dasarnya depresi itu dapat disembuhkan bukan? Ya, tentu, adanya keinginan untuk sembuh dan dukungan dari keluarga merupakan hal utama yang akan membantu proses penyembuhan. Namun, apakah itu semua benar ada? Mungkin keinginan untuk sembuh itu ada, tapi apakah kita sanggup menerima stigma dari masyarakat yang menganggap kita “GILA” karena kita pergi berobat ke dokter spesialis kesehatan jiwa (SpKJ)? Hampir sebagian besar orang akan menjawab tidak, mereka dan keluarga memilih untuk menghindar dan mencari alternatif pengobatan lain, seperti ke orang pintar. Tahukah anda?
Bahwa STIGMA dari masyarakat merupakan hal yang paling MENGHANCURKAN masa depan orang dengan depresi? Mengapa? Karena orang dengan depresi yang tidak mendapat penanganan yang cepat dan tepat akan berisiko untuk putus asa dan muncul keinginan untuk melakukan bxxxx dxxx. Mengerikan bukan? Sekarang mari kita coba mulai membuka mata kita masing-masing, dan mempelajari apa sebenarnya depresi itu.
Depresi adalah sebuah kondisi kelainan jiwa akibat adanya stresor atau faktor pemicu yang membuat seseorang kehilangan minat pada berbagai hal, termasuk hal yang sebelumnya sangat disukai.
Penyebab Depresi
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab dari depresi ialah:
- Genetik, disebutkan bahwa seseorang dengan adanya riwayat keluarga yang juga mengalami depresi atau gangguan jiwa lainnya rentan mengalami hal yang sama
- Tipe kepribadian, salah satu tipe kepribadian yang rentan ialah gangguan kepribadian obsesi-kompulsi (melakukan hal berulang kali, misal selalu mencuci tangan setiap habis memegang sesuatu)
- Lingkungan psikososial, yang membuat seseoranf berada dalam kondisi stres yang berkepanjangan
- Menderita penyakit tertentu, seperti kanker.
Tanda dan Gejala Depresi
Gejala utama depresi ditandai dengan adanya 3 hal yaitu:
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan rasa gembira
- Berkurangnya energi yang ditandai dengan mudah lelah, aktivitas fisik menurun
Sedangkan beberapa gejala lainnya yang juga dapat terjadi pada kondisi depresi ialah kemampuan konsentrasi yang menurun, rasa percaya diri yang berkurang, adanya perasaan bersalah dan tidak berguna pada diri sendiri, tidak memiliki impian masa depan yang cerah, nafsu makan berkurang, kualitas dan kuantitas tidur terganggu, hingga keinginan untuk membahayakan diri sendiri.
Diagnosis Depresi
Lalu, bagaimana kita tahu apakah kita atau orang di sekitar kita benar mengalami depresi atau hanya kesedihan sesaat? Kapan kita perlu membawa diri atau orang tersebut ke dokter? Diagnosis depresi umumnya sudah dapat ditegakkan berdasarkan hasil wawancara antara pasien dengan dokter. Tentunya hasil wawancara tersebut akan dipadukan dengan kriteria diagnosis dari depresi, yaitu dengan menggunakan PPDGJ III atau DSM V.
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Episode Depresif Ringan Menurut PPDGJ III
Pedoman Diagnostik |
|
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Episode Depresif Sedang Menurut PPDGJ III
Pedoman Diagnostik |
|
Nah, sudah tahu kan apa sih itu depresi, penyebab, tanda dan gejala, serta diagnosisnya? Lalu apa yang harus kita lakukan jika menemukan orang dengan kecurigaan mengalami depresi? Peran kita pertama kali sebagai seorang yang dekat dengan mereka yaitu dengan mengajaknya berbicara dan menjadi pendengar yang baik, serta mengajaknya untuk pergi berobat ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan kampanye Hari Kesehatan Jiwa tahun 2017 yang bertema “Depression: Let’s Talk“. Tidak sulit bukan? Tentu ini semua tidak sulit, apabila kita menghapuskan pemikiran mengenai stigma penyakit jiwa dan memiliki rasa peduli pada mereka. Jadi, tunggu apalagi? Ayo, STOP STIGMA – PEDULI MEREKA !
Poster Kampanye Hari Kesehatan Jiwa 2017Gambar 1. Poster Kampanye Hari Kesehatan Jiwa 2017
(Kiri) di sekolah ; (Tengah) di rumah ; (Kanan) di klinik.