
Sebenarnya dalam dunia medis, mengapa perempuan mengalami menstruasi masih merupakan misteri besar. Spesies manusia berjenis kelamin perempuan merupakan salah satu dari sedikit spesies yang mengalami siklus menstruasi, dan walaupun para peneliti telah menduga mengapa menstruasi terjadi, banyak hal yang belum diketahui seputar kejadian menstruasi.
Akan tetapi, pemahaman yang baik mengenai proses menstruasi ini sangat diperlukan, demikian imbuh para peneliti. Hal ini karena sekitar 20 – 30 persen perempuan mengalami kelainan menstruasi yang dapat memengaruhi aktivitas kesehariannya.

“Ada banyak hal yang kita belum pahami di balik proses berulang peluruhan dinding rahim dan pemulihannya ini,”ujar Dr. Hilary Critchley, seorang dokter spesialis kandungan yang juga peneliti dari Universitas Edinburgh di Skotlandia. “Hal ini memegang peranan penting dalam proses reproduksi spesies manusia. Akan tetapi topik mengenai hal ini kurang populer untuk dijadikan tema penelitian. Padahal terdapat banyak pertanyaan dan problem yang dapat didiskusikan yang justru kebanyakan orang tidak mengetahuinya.”
Di dalam tulisan ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Human Reproduction Update, Critchley dan koleganya dari universitas yang sama, peneliti bernama Jacqueline Maybin menelusuri semua tulisan ilmiah yang telah dipublikasi selama 40 tahun mengenai hal-hal yang berhubungan menstruasi, yang secara medis didefinisikan sebagai peluruhan endometrium atau jaringan yang ada di dalam dinding rahim.
Kesimpulannya? Banyak hal mengenai menstruasi yang belum terpahami oleh para peneliti dan mengenai bagaimana hal tersebut memengaruhi kesehatan seorang perempuan.
Contohnya, pada sebagian perempuan yang mengalami perdarahan hebat saat menstruasi biasanya juga disertai kondisi lain, seperti pembentukan fibroid di uterus (yaitu pertumbuhan jaringan yang bersifat tidak ganas) atau endometriosis (suatu kondisi dimana lapisan dinding rahim/ endometrium juga berada di luar rahim). Walaupun demikian ditemukan beberapa perempuan yang juga mengalami pendarahan menstruasi yang banyak namun tidak mengalami kelainan serupa.
Para peneliti tidak yakin apakah penyebab pendarahan yang banyak pada masa menstruasi terletak di lapisan dinding rahim atau di dalam mekanisme yang selaiknya mengatur pendarahan. Lebih lanjut, para peneliti belum mengetahui apakah penyebab pendarahan yang banyak sama pada perempuan yang memiliki fibroid seperti halnya pada perempuan dengan endometriosis, atau perempuan tanpa kedua kondisi tersebut.
Jika jawaban atas beberapa pertanyaan di atas dapat ditemukan; maka jutaan perempuan akan terbantu hidupnya karena pendarahan hebat pada masa menstruasi bisa mengganggu kualitas hidup perempuan. Normalnya seorang perempuan kehilangan sekitar 35 mililiter per bulan, jika seorang perempuan kehilangan darah lebih daripada 60 mililiter per bulan maka perempuan tersebut berisiko tinggi terkena anemia. Adapun pada kasus pendarahan menstruasi yang hebat seorang perempuan bisa kehilangan darah 80 – 400 mililiter per bulan! Bandingkan dengan jumlah darah yang diambil saat donor darah, yaitu sekitar 50o mililiter dan itu pun hanya diperbolehkan setiap delapan minggu sekali.
Para peneliti menemukan bahwa penurunan kadar hormon progesteron mencetuskan menstruasi. Ketika terjadi ovulasi pada perempuan namun tidak diikuti dengan proses pembuahan, maka kadar hormon progesteron akan turun dan mendorong suatu respon peradangan di endometrium, suatu respon yang tidak dimengerti betul. Peradangan (inflamasi) inilah yang mengakibatkan peluruhan dinding endometrium. Cairan menstruasi yang keluar dari tubuh perempuan terdiri dari beberapa campuran antara darah, sel-sel imun sistem (pertahanan tubuh) dan juga sel-sel yang membentuk dinding rahim.
Meneliti proses peradangan yang terjadi pada endometrium dapat membantu menguak misteri kenapa sebagian perempuan mengalami pendarahan yang banyak pada saat menstruasi, tidak hanya itu, penelitian tersebut dapat membuka rahasia lain di balik proses peradangan yang terjadi di bagian tubuh lain misalkan pada kasus gout (asam urat), lupus dan rheumatoid arthritis.
Yang menarik ialah, pada spesies yang tidak mengalami menstruasi, penurunan kadar progesteron tidak mencetuskan respon yang sama. Sebaliknya, penurunan hormon tersebut memicu pembentukan dan re-absorpsi endometrium, artinya dinding rahim diperbaharui dengan tanpa dikeluarkan dari tubuh. Mengapa hal ini terjadi belum ada keterangan yang jelas yang didapat oleh para peneliti.
Dr. Critchley menambahkan bahwa peristiwa peluruhan dinding rahim bagian dalam (endometrium) pada saat menstruasi ialah proses yang menyakitkan. “Sama halnya jika Anda terjatuh di jalanan yang kasar dan lutut Anda terluka karenanya.” Namun yang fenomenal ialah rata-rata dalam waktu 10 hari setelah terjadi peluruhan endometrium, bagian tersebut kembali halus dan siap untuk menerima embrio jika terjadi pembuahan.
Problematika seputar menstruasi merupakan problem kesehatan yang relatif modern. Perempuan zaman dahulu dikatakan normal memiliki siklus menstruasi sekitar 40 kali sepanjang hidupnya. Saat ini para perempuan rata-rata memiliki siklus menstruasi sebanyak 400 kali sepanjang hidupnya. Dikatakan hal ini berkaitan dengan gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi.